Beton menjadi salah satu material yang sangat penting dalam proses pembangunan. Akan tetapi dengan segala kelebihannya, material beton juga bisa mengalami kerusakan yang parah, khususnya saat terjadi gempa.
Baca Juga: Ini Dia Cara Tepat Membuat Pondasi Rumah Kuat Tahan Gempa
Itu sebabnya, beberapa peneliti dari the Swinburne University of Technology, Melbourne, Australia mengembangkan beton jenis baru.
Beton yang dinilai lebih fleksibel dan cocok digunakan untuk wilayah rawan gempa bumi. Beton ini dibuat dari abu sisa pembakaran batu bara, dengan campuran serat sintetis ini dinamakan beton fleksibel.
Disinyalir ramah lingkungan karena proses pembuatannya yang tidak perlu memanaskan batu gamping.
Lalu, Apa Sebenarnya Beton Fleksibel Itu?
Beton fleksibel sendiri bukan konsep baru. Beton jenis ini sudah dikembangkan di tahun 1990-an oleh Dr. Victor Li dari University of Michigan.
Pada pengembangannya, beton jenis ini diproses dengan beberapa campuran, seperti semen, serta (fiber), pasir, air dan Superplasticizer.
Dengan bahan rekayasa komposit semen yang bersifat tidak mudah rapuh seperti beton konvensional, jenis beton ini menjadi salah satu jenis beton dengan kekuatan yang tinggi.
Namun, hingga saat ini materi beton jenis dinilai cukup mahal sehingga tidak untuk produksi besar.
Kelebihan dan Kekurangan Beton Fleksibel
Kelebihan Beton Fleksibel
- Memiliki daya tahan yang tinggi.
- Daktilitas atau nilai elastisitas yang tinggi terhadap serangan gempa dan lainnya.
- Resistensi yang tinggi terhadap keretakan atau kerapuhan.
- Memiliki bobot yang lebih ringan dari jenis beton pada umumnya.
- Untuk perbaikan lebih mudah dilakukan jika terjadi keretakan.
Kekurangan Beton Fleksibel
- Pemasangan harus dengan tenaga ahli atau yg berpengalaman.
- Biaya pemasangan yang terbilang mahal, karena bahan yang digunakan tidak umum dan dilakukan oleh ahlinya.
- Bahan pembuatan beton fleksibel terbatas.
- Memiliki kekuatan tekan yang lebih lemah dari jenis beton normal.
Perbedaan Beton Normal dan Beton Fleksibel
Dari Segi Kekuatan
Beton normal lebih mudah rapuh dibandingkan beton fleksibel yang memiliki sifat mudah dibentuk sesuai kebutuhan.
Dari Sifat Materialnya
Beton normal terdiri dari jumlah semen bebas yang lebih sedikit sehingga mengurangi sifat penyembuhannya.
Berbeda dengan jenis fleksibel yang memiliki sifat self healing tinggi pada celah mikro yang terbentuk dari produk reaksi karbondioksida dan air.
Dari Waktu Curing
Waktu curing atau pengeringan untuk beton normal sekitar 28 hari, sementara untuk jenis beton fleksibel sekitar 7 hari saja.
Dari Segi Ketahanan
Beton normal lebih mudah mengalami keretakan, jadi bisa dipastikan beton fleksibel lebih tahan lama dan awet.
Dari Pemasangan
Beton normal lebih mudah dalam pemasangan, sehingga terkadang tidak perlu menggunakan tenaga ahli dalam pemasangannya.
Sementara untuk beton fleksibel yang terdiri dari beton komposit rekayasa (ECC), tentu membutuhkan tenaga kerja terampil dalam pemasangannya.
Dari Segi Biaya
Biaya konstruksi untuk kedua jenis beton ini berbeda, untuk konstruksi beton fleksibel lebih mahal daripada jenis konvensional.
Dari Segi Material
Untuk beton normal, pemasangan dengan baja tulangan. Untuk betook fleksibel terdiri dari fibers dengan komposisi tinggi.
Kesimpulan
Beton fleksibel bisa jadi pilihan untuk struktur bangunan yang kompleks, demi kekuatan dan ketahanan bangunan.
Pertimbangkan sisi kelemahan dan kelebihan pemakaian jenis beton fleksibel demi menghasilkan pondasi yang terbaik.
Untuk segala kebutuhan beton dan pondasi, Anda dapat menghubungi PT. Sobute Global Indonesia.
Bersama tenaga ahli yang profesional dan berpengalaman, kami siap melayani suplai produk pengeras beton berkualitas, untuk semua kebutuhan konsumen di Indonesia.